Potret Kartini di Jaman Modern - Berita dan Siaran Pers - Badan Pusat Statistik Kota Palu

Laporkan pengaduan Anda melalui : s.bps.go.id/7271pengaduan

BPS Kota Palu menuju WBK & WBBM

Potret Kartini di Jaman Modern

Potret Kartini di Jaman Modern

10 April 2017 | Kegiatan Statistik Lainnya


Hari kartini belum lama telah berlalu. Pada jaman modern seperti sekarang, peran perempuan Indonesia tidak dapat dipandang rendah. Peran serta perempuan ada dalam berbagai bidang. Contoh yang paling nyata adalah peran serta perempuan dalam kabinet menteri era sekarang, sebut saja Ibu Susi  Pudjiastuti. Dalam rilisnya pada tahun 2015, BPS mengatakan bahwa kontribusi perempuan sebagai penggerak pembangunan, sebesar 46 persen perempuan 15 tahun ke atas berkontribusi dalam perekonomian.

 Badan Pusat Statistik pada tahun lalu merilis, rasio jenis kelamin penduduk Indonesia berada pada angka 101, yang berarti jumlah penduduk laki-laki dan perempuan hampir sama. Hal ini mengindikasikan jumlah perempuan yang begitu banyak. Oleh karena itu fenomena ini sudah menjadi titik acuan kebijakan pemerintah dalam menghadapi isu kesetaraan gender saat ini.

                Kekerasan terhadap Perempuan

                Akhir-akhir ini acapkali muncul di berita tentang kekerasan terhadap perempuan. Perempuan menjadi target kekerasan akibat kondisi fisik yang tidak bisa disamakan dengan laki-laki. Tak seharusnya perempuan menjadi sasaran kekerasan dalam setiap kejadian tindak kekerasan terhadap perempuan. Yang menarik untuk diketahui, norma hukum, norma adat, dan norma agama telah mengatur bahwasannya perempuan seharusnya dilindungi, diberikan rasa aman dan kasih sayang. Masyarakat Indonesia yang dikenal santun dan sangat menghormati perempuan tidak sepantasnya bertindak melecehkan, atau berlaku kasar terhadap perempuan. Namun demikian kasus kekerasan di Indonesia  masih saja terus terjadi.

                Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik dari hasil Survey Pengalaman Hidup Perempuan Nasional (SHPN), bahwa 1 dari 3 perempuan usia 15-64 tahun mengalami kekerasan fisik dan atau dan/atau seksual oleh pasangan dan selain pasangan selama hidupnya, dan sekitar 1 dari 10 perempuan usia 15–64 tahun mengalaminya dalam 12 bulan terakhir.

                Fenomena ini terdengar memprihatinkan di tengah lantangnya masyarakat dalam memperjuangkan hak perempuan.  Kaum wanita yang seharusnya mendapatkan perlakuan yang elegan dan di hormati malah menjadi sasaran kekerasan. Terlebih, kekerasan fisik yang paling banyak dilakukan oleh suami/pasangan pada wanita pernah/sedang menikah adalah jenis kekerasan fisik.

                Saat ini Pemerintah dengan kementrian/lembaga yang melakukan program perlindungan perempuan melakukan beberapa program yang berisi melindungi kaum perempuan serta meningkatkan peran aktif perempuan dalam berbagai bidang.

                Capaian Perempuan dalam Pembangunan Manusia

                Berdasarkan salah satu tujuan dari Suistibable Development Goals tentang pencapaian kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, BPS memotret fenomena dan informasi kesetaraan gender dan pembangunan melalui Indeks Pembangunan Gender (IPG) dan Indeks Pemberdayaan Gender (IDG). IPG merupakan indeks pencapaian kemampuan dasar pembangunan manusia yang sama seperti IPM dengan memperhatikan ketimpangan gender dalam hal usia harapan hidup, pendidikan, dan jumlah pendapatan. Sementara itu, IDG mengukur kesetaraan dalam partisipasi politik dan pemberdayaan dalam beberapa sektor lainnya seperti ekonomi.

                Nilai IPG Indonesia pada tahun 2015 berada pada level 92,74. Sebagai perbandingan, nilai ini di bawah negara-negara tetangga di Asean seperti Thailand, Singapura, Brunei, Filipina, dan Malaysia. Angka ini menunjukkan bahwa pembangunan perempuan masih berada di bawah pembangunan laki-laki. Banyak faktor yang mengindikasikan nilai IPG Indonesia kurang dari 100 atau keadaan setimbang. Sebagai contoh, terdapat kesenjangan antara variabel harapan lama sekolah laki-laki dan perempuan. Rata-rata laki-laki berusia 25 tahun ke atas di tahun 2015 sudah menikmati pendidikan paling tidak sampai kelas 2 Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pada umur yang sama, perempuan rata-rata baru mengenyam pendidikan sampai dengan kelas 1 SMP. Perbedaan ini terjadi karena di masa lalu masih terjadi perbedaan kesempatan sekolah antara perempuan dan laki-laki.

Ketidaksetaraan gender juga dapat diukur melalui Indikator Indeks Kesetaraan Gender. Indeks ini dihitung berdasarkan variabel kesehatan, pemberdayaan dan status ekonomi. Dari hasil perhitungan diketahui bahwa nilai IKG Indonesia berada pada angka 0,49 atau masih berada dalam kategori tinggi. Nilai ini bahkan lebih besar dari rata-rata nilai IKG negara-negara di dunia. Salah satu indikatornya tercermin melalui status ekonomi.

Namun demikian, secara garis besar, nilai IPG pada tahun 2015 mengalami peningkatan. Dengan semakin meningkatnya IPG, perempuan mampu mengejar ketertinggalan dari laki-laki. Diharapkan nilai IPG terus meningkat di tengah kritisnya masyarkat dan gencarnya usaha pemerintah saat ini.

Dengan tercapainya pembangunan berbasis kesetaraan gender, diharapkan dapat menghasilkan manusia berkualitas pada saat ini dan generasi mendatang.

Oleh Dimas Indra Purwanto, SST

Staf Nerwilis BPS Kota Palu. 

Badan Pusat Statistik

Badan Pusat Statistik

Badan Pusat Statistik Kota Palu (BPS - Statistics Of Palu Municipality)Jl. Baruga No.19 Palu - Sulawesi Tengah 94234

Telp (62-451) 422066

Fax (62-451) 421266

Mailbox : [email protected]

logo_footer

Hak Cipta © 2023 Badan Pusat Statistik