3 Juli 2017 | Kegiatan Statistik Lainnya
Akhir-akhir ini berita bencana banyak menghiasi headline media massa. Baik korban jiwa maupun kerugian materiil timbul akibat bencana tersebut. Hal ini tentunya sangat berdampak pada kondisi sosial ekonomi masyarakat.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menggolongkan bencana menjadi sembilan golongan, diantaranya adalah bencana banjir, tanah longsor, kekeringan, dan kebakaran. Berdasarkan catatan BNPB, selama kurun waktu tahun 2011 sampai tahun 2014 di Indonesia telah terjadi 494 kasus bencana tanah longsor, 23 kasus kekeringan, 68 kasus kebakaran hutan, 509 kasus kebakaran pemukiman, dan 900 kasus bencana banjir. Sebagian bencana-bencana yang terjadi akibat ulah manusia. Eksploitasi alam secara besar-besaran telah merusak ekosistem lingkungan. Jumlah bencana yang telah terjadi sangat besar dan menimbulkan dampak langsung pada masyarakat. Oleh karena itu diperlukan suatu instrumen yang membantu pemerintah selaku regulator dalam merumuskan kebijakan pembangunan berkelanjutan.
Perencanaan pembangunan ekonomi suatu daerah memerlukan beragam data statistik yang dapat dijadikan sebagai bahan untuk evaluasi pembangunan ekonomi yang telah dicapai dan perencanaan di masa mendatang. Salah satu data statistik yang sangat diperlukan untuk evaluasi perencanaan makro ekonomi adalah Produk Domestik Bruto (PDB). Namun demikian terdapat kelemahan pengukuran nilai PDB yang dihasilkan yakni kurang dapat menangkap informasi kerusakan lingkungan yang timbul akibat aktifitas nilai tambah ekonomi.
Tujuan pembangunan ekonomi pada hakekatnya untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, memperluas lapangan pekerjaan, meratakan pembagian pendapatan masyarakat, dan meningkatkan ekspor luar negeri. Di sisi lain, pembangunan tersebut juga harus mementingkan masa depan generasi selanjutnya. Dengan pembangunan yang berbasis lingkungan, pembangunan tersebut berdampak pada minimnya bencana dan terjaganya sumber daya alam untuk masa depan.
SEEA sebagai solusi
PBB pada tahun 2014 memperkenalkan konsep System of Environmental-Economic Accounting (SEEA) yakni dengan memasukkan kontribusi ekosistem terhadap ukuran standar ekonomi seperti PDB. Disini peran ekosistem sangat diperhatikan karena ekosistem menyediakan berbagai kebutuhan alam manusia. Dari peranan ekosistem tersebut dapat dikembangkan menjadi analisis lingkungan hidup. Dalam model SEEA, banyak ekosistem yang diperhatikan, terutama menyangkut pada bidang energi dan pengelolaan sumber daya air, pola konsumsi dan produksi, dan dampaknya terhadap lingkungan. Tak salah apabila dengan model SEEA, ekonomi suatu wilayah dapat disebut dengan ekonomi dengan sistem green economy. Pada mode SEEA, terdapat lima tabel neraca utama yang dapat dibangun yakni neraca arus fisik, neraca aset fisik dan moneter, urutan neraca-neraca ekonomi, neraca fungsional transaski lingkungan, dan tabel demografi dan ketenagakerjaan.
Pada neraca arus fisik, terdapat tabel input dan penggunaan. Disini informasi lingkungan ditangkap pada data ketersediaan input alam oleh lingkungan dan pengembalian dengan input tersebut ke lingkungan. Dengan demikian pada neraca arus fisik dapat diketahui pelepasan informasi residu atau limbah.
Sementara itu pada neraca aset fisik dan moneter berfokus pada pengukuran komponen inti lingkungan yakni mineral, sumber energi, air, dan tanah. Pada tabel neraca aset fisik dan moneter dapat diiketahui informasi nilai penyusutan dan degradasi lingkungan yang ada. Pada neraca ini juga dapat ditampilkan nilai net present value (NPV) yang mempunyai pengertian nilai suatu aset berdasarkan pada aliran masa depan yang diharapkan akan diperoleh dari penggunaan aset tersebut.
Setelah membangun neraca arus dan neraca aset, terdapat banyak informasi penting yang dapat disajikan. Beberapa contohnya adalah pembayaran kewajiban swasta terhadap lingkungan dan pembayaran pemerintah terhadap unit ekonomi yang mendukung perlindungan lingkungan. Informasi-informasi penting tersebut disajikan dalam bentuk urutan neraca ekonomi.
Salah satu tujuan SEEA adalah menangkap informasi kegiatan yang bertujuan mengurangi kerusakan lingkungan. Dengan demikian, penggunaan sumber daya alam akan menjadi lebih efisien. Salah satu contoh informasi yang ditangkap adalah investasi teknologi yang dirancang untuk mencegah atau mengurangi polusi. Disinilah peran neraca fungsional untuk transaksi lingkungan. Dukungan informasi ini menunjang salah satu tujuan SEEA dan tidak terlepas dari koridor sistem neraca nasional.
Hubungan antara alam dan manusia juga tak bisa dipisahkan. Informasi ketenagakerjaan, jumlah pekerja, sangat berkaitan dengan kegiatan lingkungan diukur dari sudut pandang industri. Selain itu, estimasi populasi dan kondisi rumah tangga terkait perilaku peduli lingkungan sangat memengaruhi kondisi lingkungan pemukiman.Kesemua informasi ini tertangkap dalam tabel-tabel informasi demografi dan ketenaga kerjaan pendukung SEEA.
Aplikasi SEEA di Indonesia
Mengingat begitu pentingnya SEEA, Indonesia melalui Badan Pusat Statistik mulai melakukan pilot survey pada tahun 2015. Pada tahun 2016, dilakukan penghitungan SEEA dengan mengukur nilai pengeluaran untuk perlindungan lingkungan dan produksi barang dan jasa lingkungan di Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten. Selain itu BPS juga telah melakukan uji coba pengukuran neraca lahan Pulau Sumatra.
Sebagian besar SEEA merupakan perluasan dari sistem neraca nasional yang telah dilalkukan pengitungannya oleh BPS. Namun demikian, aplikasi secara menyeluruh SEEA belum dapat dilakukan mengingat kurangnya ketersediaan data. Oleh karena itu dibutuhkan dukungan yang lebih dari banyak stakeholder baik data dari kementrian/lembaga maupun swasta. Diharapkan, dengan tewujudnya SEEA di Indonesia, pembangunan Indonesia lebih berkualitas dengan memperhatikan faktor lingkungan.
Oleh Dimas Indra Purwanto, SST
Staf Nerwilis BPS Kota Palu.
Berita dan Siaran Pers Terkait
Badan Pusat Statistik
Badan Pusat Statistik Kota Palu (BPS - Statistics Of Palu Municipality)Jl. Baruga No.19 Palu - Sulawesi Tengah 94234
Telp (62-451) 422066
Fax (62-451) 421266
Mailbox : bps7271@bps.go.id